Lombok
Gua selalu nunda buat nulis hal ini karena bagi gua terlalu cengeng dan terlalu lebay. Hari ini gua memutuskan untuk nulis juga akhirnya. Untuk pertama kalinya gua merasakan sesakit itu patah hati. Dulu gua merasa gua paham bahwa patah hati pasti gak enak dan sakit. Tapi gua gak pernah berekspektasi akan sesakit ini. Ketakutan itu yang membuat gua gak pernah berada dalam hubungan dengan siapapun sebelumnya. Sampai akhirnya gua memutuskan untuk tetap serius sama satu orang dalam waktu yang sangat lama. Gua kira semua udah bener dan baik-baik aja, tapi ternyata orang itulah yang membuat ketakutan gua terjadi. Seperti jatuh cinta, rasa sakit ini sama besarnya. Ditambah beberapa masalah lainnya yang menyusul setelah itu.
5 Maret 2022, gua memutuskan untuk pergi ke suatu tempat, gak tau kemana. Suatu tempat ke arah timur. Sampai akhirnya gua memutuskan ambil libur kerja, pergi ke Pulau Lombok, gak tau mau kemana aja, tapi gua memfokuskan untuk pergi ke satu tempat: Sirkuit Internasional MotoGP Mandalika.
Sehabis shalat subuh, gua berangkat dari kos gua di Dalung menuju ke Pelabuhan Padang Bai. Di tengah perjalanan, gua sempet berhenti karena hujan dan beli sarapan.
Perjalanan ke pelabuhan memakan waktu 2 jam. Seperti biasa, gua tes antigen. Walaupun gua ngerasa sehat, udah jadi rahasia umum kalau tes antigen di pelabuhan cuma formalitas. Pada akhirnya kita cuma disuruh bayar, dan langsung dibikinin surat bahwa kita negatif covid.
Sampai di pelabuhan, gua kaget karena ternyata loket gak menerima uang cash. Jadi gua disuruh beli kartu e-money dan menghabiskan uang total 176rb untuk sekali nyebrang.
---
Di kapal, gua memarkirkan motor dan duduk di dalem deck penumpang.Kapal yang kecil, dan ombak yang gede banget membuat semua orang termasuk gua pindah dari dalam kapal ke luar deck penumpang karena pusing. Gua tidur diluar pake tas sebagai bantal dan headset yang nyangkut di kuping.
Setelah tidur sebentar. Pas kebangun, gua ngeliat bagian luar udah rame. Ada seorang ibu-ibu berpakaian seragam muntah di depan gua sembari ibu-ibu lainnya menggosokan minyak kayu putih ke kepala dan badannya. Mereka sekelompok ibu-ibu PKK dari karawang yang lagi ngadain tur ke bali dan lombok. Ternyata mereka juga mau lihat sirkuit mandalika. Gua ngobrol sama 1 ibu-ibu yang mana gua banyak diem dan dengerin cerita anaknya yang kerja di pelayaran. Berkali-kali ibu itu nanya jam dan nyuruh gua cek GPS udah sampe mana. Gua sempet bilang kalau gua punya saudara di dekat karawang dan cerita kalau gua kerja di Bali setelah lulus SMK.
Gua berada di kapal bersama mereka selam kurang lebih 6 jam. Sampai ketika kapalnya sampai dan bersandar di pelabuhan Lembar, Lombok, semua langsung bersiap-siap. Ibu-ibu yang ngajak gua ngobrol tadi bergabung ke kelompoknya yang ramai banget itu. Mereka sempet minta gua fotoin grup mereka. Gua bingung ibu-ibu yang ngajak gua ngobrol tadi excited banget ngenalin gua sama temen-temennya yang lain.
Gua pergi ke parkiran, dan melanjutkan perjalanan. Ini pertama kalinya gua menginjakan kaki di pulau lombok. Impresi pertama gua tentang Lombok adalah, "wow, ternyata banyak banget masjidnya". Gua kira mayoritas agama di Lombok adalah Hindu. Ternyata banyak banget orang Islam disini. Bahkan mereka punya masjid besar banget yang gua pernah lewatin juga, namanya Masjid Islamic Center Nusa Tenggara Barat. Ketika gua keluar pelabuhan, bahkan ada tugu masjid yang menjadi monumen khas dari Lombok.
---
Gua pikir gua bisa ke sirkuit mandalika saat itu juga, tapi kayaknya udah terlalu sore. Jadi gua memutuskan untuk eksplor sekitar ibu kota Lombok, yaitu Kota Mataram. Gua pergi ke Taman Mayura. Sebuah taman di pusat kota yang sore itu banyak orang berolahraga. Di tengahnya terdapat pura yang dikelilingi air waduk. Di tempat parkir, banyak banget ayam kalkun.
Sehabis dari sana, gua booking hotel di dekat situ. Sampai di hotel, gua mandi, ibadah, dan langsung buka laptop. Gua inget ada ujian untuk masuk perguruan tinggi swasta di hari itu. Agak aneh sih, mengingat biasanya sebelum ujian penting, orang-orang pada belajar atau beristirahat, tapi gua seharian riding malamnya ujian. Gua berhasil kerjain sebanyak 45 soal itu selama 2 jam. Setelah itu, gua coba cari makan malam.
Di tengah perjalanan, gua liat ada keramaian di jalan. Ternyata malam minggu ini, lagi ada pasar malam di lapangan.
Rame banget di lapangan di pusat kota ini. Gua keliling sebentar seblum akhirnya makan pecel lele yang penjualnya mirip Jason Ranti.
---
Besok paginya, gua cuma di hotel, gak kemana mana. Cuma tidur, duduk, denger musik. Siangnya, gua checkout dan berangkat menuju mandalika.
Perjalanan ke sana naik motor dari Mataram memakan waktu 1 jam. Bersyukur banget gua dateng hari ini, dimana sawah lagi mekar dan kuningnya karena musim panen. Dan ada jalan dimana hanya sawah, bukit, dan jalan sejauh mata memandang.
Sampai di jalan utama menuju sirkuit mandalika. Rasanya bener-bener kayak Highway to Hell. Jalanan cuma lurus dan luas. Diapit oleh 2 bukit di kiri dan kanan. Gua dan motor gua melaju dengan kecepatan penuh. Gua gak lihat berapa kecepatan di spidometer, tapi gua ngegas sampai bener-bener mentok. Pastinya sekitar 130km/h. Serasa mau terbang wkwkkww.
Hingga akhirnya gua sampai di sirkuit mandalika. Ini juga pertama kalinya gua lihat sirkuit motogp secara langsung. Ternyata begini suasananya. Meski belum sepenuhnya jadi karena event masih 2 minggu lagi. Gua diem dan menikmati sebentar suasana di sana, lalu gua lanjut pergi ke Pantai Mandalika, pantai yang tepat di arah selatan sirkuit.
Sesampai disana, gua setuju dengan yang bilang Sirkuit Mandalika adalah sirkuit motogp paling indah di dunia. Air di pantai bening, pasirnya berumput, dan kelihatan beberapa pulau di depan. Lagi-lagi, gua cuma diem, liat, dan denger musik.
Di sana ada 2 anak setempat yang namanya Rino dan Rizky, sedang main bola di pantai. Mereka ngajak gua main dan gua langsung gabung. Gak lama dari itu, turun hujan. Waktu kecil, gua sering banget diajak temen main bola sambil hujan-hujanan. Tapi sekarang karena jarang olahraga, gua cepet banget capeknya. Akhirnya, gua lebih sering jadi kiper.
Setelah hujan berhenti, dan udah sore, gua pamit sama mereka semua buat lanjut pergi. Gua meninggalkan tempat itu, dan kembali ke daerah timur. Gua berencana untuk tinggal di sekitar Pantai Pura Batu Bolong.
Gua sampai di homestay. Karena harganya murah, gua bener-bener ngerasa ni homestay mirip penjara wkwkw. Kamar kecil, pintu geser, kipas angin, gak ada kamar mandi, gak ada sinyal. Tapi gak papa, ini hanya malam terakhir gua di Lombok. Sore sehabis makan ayam geprek, gua tidur karena capek banget. Gua terbangun di waktu sunset. Gua langsung pergi ke pantai nya, dan ya... Seneng akhirnya kembali melihat matahari tenggelam di seberang lautan.
Gua bingung kenapa gak ada pura yang berdiri diatas batu bolong seperti yang diceritain orang-orang itu? Gua jalan sebentar, dan ternyata gua nemuin juga!
Unik sekali memang!
---
Gua duduk di belakang pantai, menunggu langit menjadi gelap sepenuhnya. Hanya duduk dan denger musik lewat earphone.
Setelah itu, gua kembali ke homestay penjara gua, dan tidur.
Besok paginya gua melaju kembali ke pelabuhan Lembar. Di kapal, gua ternyata ketemu lagi sama ibu-ibu PKK yang ketemu gua pas di kapal perjalanan berangkat. Gua langsung disuruh gabung duduk, dan nawarin banyak banget makan dan buah. Gua duduk disana selama 6 jam kedepan.
Gua pulang dan sampai dengan selamat ke kos gua di Dalung.