Menjadi 19
Rasanya baru kemarin gua nulis artikel Menjadi 18. Kenapa udah setahun lagi aja? Gua bener-bener gak siap untuk ini. Sejam sebelum pergantian hari, gua semakin deg-degan. Pertama kalinya ulang tahun terasa berbeda. Padahal ini cuma hal biasa yang dialamin semua orang. Sebelum hari itu tiba, gua selalu ngomong, ya tuhan, nanti dulu, aku belum siap menjadi 19 :(.
Pikiran semakin berisik. Gua belum bisa jadi versi yang baik di usia 18. Usia remaja tinggal beberapa hari lagi dalam seumur hidup sebelum gua dikatakan sebagai orang dewasa.
Tengah malem, gua lari ke masjid taqwa. Tempat dimana gua berharap pertolongan di tahun kemarin. Pemandangan tengah malam yang seperti biasanya. Lampu koslet, anak kecil jualan, pengamen, motor balapan, lonte-lonte yang sedang nego harga dengan kostumernya.
Pas banget baru sampe, waktu menunjukan waktu 23:50. Pikiran yang masih berisik, perasaan yang campur aduk. Ini bukan sekedar bertambahnya usia. Ini lebih dari itu.
Gua tenangin sedikit dengan musik. Sampai waktu menunjukan pukul 00:00. Tiba-tiba mata berkaca-kaca. Gak tau apakah itu bangga, sedih, atau apa.
Allah langsung mengubah perasaan ini jadi rasa syukur. Seperti ia bilang kalau gak ada yang perlu ditakutin. Pikiran gua menjadi hening sesaat. Gua berdo'a apapun yang gua harapkan.
Gua hanya duduk merenung disana, sampai sepupu gua dirumah nelepon.
"Gar, lu dimana bego. Gua mau otw pulang nih, rumah jangan dikunci. Buruan lu pulang! Gua takut sendirian dirumah".
"Iya, ini mau pulang. Gua beli nasi uduk dulu. Agak lama, gua jalan soalnya".