Menjadi 20
Usia 20. Usia yang sangat gua khawatirkan dan juga gua tunggu. Terlepas dari ekspektasi gua setahun ini bahwa pergantian tahun ini akan spesial karena ada dia. Tapi kepergiannya membuat ini sama aja seperti tahun-tahun kemarin. Tidak seperti usaha gua untuk merayakan dan mencoba membuat dia selalu merasa berharga di tahun kemarin dan tahun ini. Lagian gua gak seharusnya berharap dia juga akan melakukan hal yang sama.
Di tulisan gua tahun kemarin, Menjadi 19, gua saat itu sangat-sangat gak siap menjadi orang yang berusia 19 tahun. Itu artinya angka terakhir gua berumur belasan. Semua orang tanpa terkecuali, selalu bilang, itu cuma umur. Mereka gak ada yang percaya dan paham. Bagi gua itu lebih dari umur.
Setiap pergantian tahun sejak 3 tahun terakhir, di jam 11 malam, gua selalu jalan menuju masjid taqwa di kota metro, lampung untuk berdoa. Hari ini, gua di Dalung, Bali. Gak ada ide mau kemana, masjid juga gak ada di sekitar sini. Dan gua juga gak tau mau menandakan pergantian usia gua ini di zona waktu WITA atau WIB wkkww.
Intinya adalah, di malam pergantian usia ini, gua merasa siap untuk jadi 20. Siap untuk menjadi bukan teenager lagi. Semua ketakutan sejak tahun kemarin akan selalu ada. Tapi keadaan dan waktu bukan untuk disalahkan.
Belum pantes rasanya menjadi 20. Itu juga yang gua rasain dulu, merasa gak pantes untuk jadi usia 19. Semua orang nganggep itu cuma angka. Ya terserah lah. Tapi belajar dari tahun kemarin, gak siap itu gak papa. Lakuin apa yang disuka, berhenti berharap sama siapapun, tahu kapan harus berhenti, jangan terjebak oleh nafsu dunia.
Semoga gua bisa lebih bijak lagi dalam memanfaatkan waktu, belajar lebih banyak lagi, menjadi lebih dewasa lagi, sukses dan bahagia dunia & akhirat, punya pencapaian-pencapaian lain yang belum pernah gua lakuin sebelumnya.