Gua bukan berasal dari orang dengan keluarga berekonomi stabil. Keluarga gua bahkan gak punya rumah tetap untuk tinggal sampai sekarang. Itu sebabnya dari kecil gua selalu berpindah-pindah tempat di Jakarta, Bekasi, sampai akhirnya semua pindah ke Lampung, numpang di rumah keluarga besar.

Ketidakstabilan ini membuat diri gua gak mengenal zona nyaman. Seperti selalu merasa ada hal baru dalam hidup ini, yang memaksa untuk belajar, menerabas keluar. Dan gak ada pilihan kedua. Pilihannya cuma masuk ke zona itu, dan bertanggung jawab atas semua keputusan yang diambil.

Gua gak pernah dilarang untuk pergi jauh. Gua yakin bukan karena orang tua gak sayang, tapi mereka yakin bahwa kedepannya, gua juga pasti akan pergi jauh dalam waktu yang lama walaupun gak tau kemana nanti. Ya, itu pasti, dan pilihannya cuma itu.

Gua gak bisa tinggal bareng keluarga besar terus, dan kalau bukan gua yang biayain diri gua sendiri, gak akan ada yang biayain. Gua gak bisa minta apapun ke keluarga, termasuk jaminan jika gua gagal nanti. Kalau suatu saat gua gagal, gua harus punya hati dan badan yang kuat untuk diri sendiri.

Dan bulan ini, gua buka lembar baru di buku hidup gua. Sesuatu yang gak pernah terpikirkan untuk dituliskan. Gua harus merantau ke Bali. Walaupun gua yang memutuskan itu, tapi gua kadang masih bertanya-tanya sampai saat ini, kok bisa hidup gua bakal lanjut di Bali? Bahkan dari semua keluarga besar, gak ada yang pernah kesana, dan gak ada yang punya relasi kesana. Semua keluarga gua berasal dari Jakarta pinggiran, kemudian menyebar ke Lampung. Tapi untuk pertama kalinya, gua sebagai bagian dari silsilah keluarga memperluas wilayah ke Bali.

Gua akan bekerja di salah satu perusahaan teknologi multinasional yang punya kantor di belanda, indonesia, dan singapura. Yang mana perusahaan ini berdiri sejak tahun 2008 di belanda pertama kali. Suatu hal yang sangat harus disyukuri. Walaupun berat, gua yakin akan banyak belajar disana nanti. Mungkin gua akan membuat banyak kesalahan, bahkan kejadian memalukan, tapi semua itu pasti akan membentuk diri gua jadi lebih baik.

Gak adanya rumah tetap dan tanggungan keluarga membuat gua bebas untuk menentukan keputusan. Gua bisa untuk melanjutkan hidup di Kalimantan, Jakarta, Papua, atau dimanapun. Tapi, gak ada jaminan untuk gua jikalau gua gagal nanti.

Apakah semua ini cuma untuk mengejar uang?
Ada yang lebih penting dari itu. Masih banyak yang harus gua cari tentang hidup ini. Beberapa kesempatan itu bisa diraih dengan adanya uang. Tapi bukan uang yang membuat gua ingin pergi jauh. Gua adalah orang IT. Gua bisa menghasilkan uang cuma dengan kerja dari rumah atau dimana aja dan gua sudah melakukannya. Tapi ada sesuatu yang ingin gua cari dan ada sesuatu yang ingin gua perbaiki.

Hmm.. Ngomongin soal pergi jauh, gua inget ada kutipan yang berbunyi,

"Sejauh apapun kamu pergi, tujuan akhirnya adalah pulang ke rumah"

But, here's the thing. Gua gak tau dimana rumah gua. Seandainya ada kata "mudik", gua masih gak tau kemana harusnya gua pulang kampung. Tapi gua bertekad untuk mengubah itu semua. Gua akan membuat rumah gua sendiri, dengan kejelasan, dengan kebahagiaan.

Hidup ini membuat gua takut terkadang. Gua harus berdiri sendiri, belajar sendiri, dan gak boleh lemah. Sedangkan masa depan adalah sesuatu yang absurd. Secara bersamaan, ada beberapa masalah lain. Sepertinya sepele, tapi cukup memperburuk keadaan. Kegagalan yang gua alami berkali-kali, masalah keluarga, dan tentang seorang perempuan wkkwk.

Sampai di satu titik dimana gua ngerasa psikis gua mulai terganggu. Bener-bener ngerasa gelisah sampai mengganggu aktifitas sehari-hari. Kadang kegelisahan ini membuat badan gua bergerak gak terkontrol, seperti menghentak tiba-tiba. Kadang juga gua teriak sendiri pas lagi ngelamun. Gua gak paham kenapa bisa gitu.

Gua bertemu salah satu mentor. Bisa dibilang, dia adalah salah satu tokoh inspiratif gua. Dia memulai semuanya dari 0, gak punya apa-apa, sampai dia jadi pebisnis sukses seperti sekarang.

Dia bilang takut adalah anugrah dari tuhan supaya manusia bisa bertahan hidup. Dia cerita bahwa dia udah mengalami rasa takut yang bahkan lebih besar dari yang gua alamin. Rasa takut gak akan pernah hilang, bahkan sampai sekarang ini. Tapi manusia harusnya bisa mengontrol itu semua. Rasa takut yang menjaga diri kita dari bahaya.

Gua mencoba berdamai dengan rasa takut gua saat ini. Self healing, sekaligus belajar mengontrolnya. Gua bener-berner sangat perlu banyak nasihat, wejangan, pelajaran, dan motivasi. Apapun yang terjadi nanti, gua harus siap. Gua gak sendiri, gua punya tuhan.

✨ Metro, Lampung ✨

Sebelum gua pindah ke Bali, ingin rasanya nulis sekilas tentang sebuah kota kecil dimana gua menghabiskan masa kecil dan remaja gua sampai sekarang ini.

Gua bersyukur besar disini. Allah memang maha baik. Dari segala kekurangan keluarga gua hidup di Jakarta dan Bekasi dulu, Allah memindahkan gua ke tempat ini. Tempat yang membentuk gua sampai jadi pribadi sekarang ini.

Tempat yang membuat gua ngerasain dibully pas pertama kali pindah sampai ketika gua merasa sangat dihargai. Tempat dimana gua ikut lomba pertama kali. Tempat dimana gua merasa jatuh cinta untuk petama kali kepada seorang perempuan.

Pertama kali pindah ke kota ini bukan jadi pengalaman yang mudah untuk beradaptasi. Gua sempet masuk sekolah yang mana gua dibully. Akhirnya gua pindah sekolah.

Di sekolah baru, gua merasa sangat beruntung. Gua kenal sama lingkungan yang pas dan gua dikenalin sama dunia komputer untuk pertama kali sama wali kelas gua dulu. Merasa seberuntung itu diri gua kenal sama guru yang pinter dan bisa ngajarin komputer walaupun dulu gua cuma bisa belajar di warnet dan minjem laptop temen. Tapi sekarang, komputer menjadi suatu hal yang gak bisa lepas dari hidup gua, dan gua udah menghasilkan banyak hal disitu.

Gua ikut lomba catur dan menang sampai tingkat provinsi. Gua dapet ranking 1 di semester pertama gua pindah, dan gak ada yang iri soal itu, justru gua makin dapet banyak temen. Gua diajak motoran jauh pertama kali bareng temen kelas. Gua terbawa arus yang sangat baik sampai gua lulus dan masuk ke SMP terbaik di Kota Metro.

SMP, pertama kali gua ngerasa jatuh cinta. Perempuan yang cantik. Tapi semakin gua kenal, bukan kecantikan yang bikin gua tertarik sama dia. Kalo dipikir-pikir, banyak kok yang lebih cantik di sekolah waktu itu. Tapi ada sesuatu yang berbeda dari dia yang membuat gua berfikir seandainya wajah dia gak cantik pun, gua tetep suka.

Perempuan yang pertama kali gua liat waktu perkenalan diri di MOS SMP. Dia menyebutkan namanya disitu. Ingatan gua gak terlalu baik, terlalu banyak nama yang disebutkan saat itu. Tapi nama dia adalah sesuatu yang berusaha gua inget. Gua cuma mau liat apakah nama dia dan nama gua berada di lembar kertas yang sama saat pembagian kelas. Dan ya! Kita sekelas.

Banyak hal terjadi saat itu. Gua dan dia sering berkegiatan bareng juga. Sesuatu yang kalau gua inget, kadang ngerasa cringe, seneng, kesel, bahagia, dan sedih sendiri. Selama hampir 6 tahun, gua masih stuck dengan dia.

Mungkin karena gua penakut wkkw. Temen-temen gua yang mukanya pas-pasan udah sibuk gonta-ganti cewek saat itu. Dia bilang, cowok baik bakal susah dapet cewek. Gua terlalu memikirkan perasaan orang yang gua suka. Gua gak berani bilang, gak berani macem-macem sama perempuan itu. Ketika gua suka sama perempuan, gua bukan untuk main-main dengan perasaan. Ketika gua suka sama perempuan, gua mikirnya bukan jangka pendek, tapi lebih jauh ke masa depan. Gua gak bisa jadi playboy yang punya keberanian dan gaya bicara yang bagus.

Tapi semua udah selesai sekarang. Gua ngerasa bukan dia orangnya. Diapun begitu. Gua gak bisa berharap lebih. Terlalu banyak kekecewaan, terlalu banyak yang disia-siakan. Hidup masih panjang. Gua juga gak akan pernah ketemu dia lagi setelah gua pindah. Lagipula, dia juga bakal ngelanjutin pendidikannya, dan akan ketemu laki-laki yang lebih baik nantinya. Masih banyak yang harus dipikirin sekarang. Kenal lama, dan sering bareng waktu sekolah dulu bukan berarti bisa bersatu. Tapi gua bersyukur dia pernah menjadi orang spesial di hidup gua. Semua ini gak menjadi alasan untuk gua benci sama dia.

SMP juga salah satu masa yang membentuk diri gua. Masa yang sangat sangat banyak mengubah mindset gua.

SMK, masa yang mengajarkan gua tentang keironian idup. Gua yang tadinya berfikir bahwa hidup ini adil, yang pinter akan sukses, yang baik akan disenangi, ternyata gak gitu. Gua belajar tentang bagaimana dunia kerja sebenarnya. Secara gak langsung, gua tau sama kehidupan masyarakat sebenarnya. Kehidupan nyata jauh berbeda dari kehidupan di sekolah.

Itulah, dari semua yang gua pelajarin, Allah memberikan jalan hidup yang baik melalui jalan hidup yang awalnya gua anggep buruk. Dan jika sesuatu terjadi pada diri gua di masa depan, entah keburukan, entah kegagalan, gua yakin ada hikmah baik di depannya. Semua hanya perlu dinikmati.