Sebuah Pilihan Sulit
Aku baru saja ngobrol cukup intens dengan CEO ku. Aku rasa bulan ini sampai bulan depan akan menjadi bulan yang banyak pikiran. Beberapa hal mengenai karirku cukup membuatku bingung. Tapi aku bersyukur karena aku memiliki kebingungan ini, sebuah kebingungan yang sama-sama berdampak pada kemajuan karirku apapun keputusannya.
Pertama adalah soal kuliah. Bos ku benar-benar selalu bertanya, kenapa aku harus membutuhkannya? Dia bercerita bahwa dia memiliki teman yang sudah S2 di belanda, tapi sekarang bekerja sebagai pramusaji di KFC.
"I don't say you should stop studying. I said you should be able to choose what's good for yourself with your own condition right now."
Di sela diskusi, aku sempat bertanya soal bisnis trip yang dia lakukan di Vietnam awal bulan lalu. Aku bilang, aku juga punya rencana untuk cari pengalaman solo backpack ke negara lain. Mungkin ke Vietnam juga. Aku baru saja mengurus pasporku hari ini. Dan tahu apa yang bosku bilang?
"Tegar, if you want, I can take you every time I have a business trip. You can even go to europe, or thailand and we will arrange your visa."
Sungguh itu membuatku sangat senang. Aku cuma bilang, "Yaa, I mean, It would be the best thing happened in my life"
Aku bisa bilang, CEO ku adalah satu-satunya orang yang melihat dan memanfaatkan potensiku. Aku rasa dia melihat sesuatu yang bahkan aku tidak bisa melihatnya. Dia mau memfasilitasi apapun. Aku bersyukur karena itu.
---
Secara bersamaan, ada banyak sekali tawaran pekerjaan untukku. Beberapa perusahaan besar ingin merekrutku dengan bayaran yang fantastis, bisa 2 kali lipat dari yang ku punya saat ini (yang mana bagiku disini sudah sangat besar). Aku benar-benar kewalahan merespon para reqruiter yang menawarkan pekerjaan untukku. Banyak yang kutolak karena tidak cocok. 1 yang cocok, tapi dia ingin aku segera bergabung dalam waktu sebulan.
Ada perusahaan besar yang lain. Perusahaan yang ini benar-benar menginginkanku. Mereka mau menungguku sampai 4 bulan lamanya. Mereka juga mau membayar segala sangsi yang kuterima di perusahaan ku saat ini bila aku memutuskan kontrak sebelum tenggat waktu. Dan perusahaan ini sudah sangat established. Mereka mau membayarku dengan gaji yang tinggi, bekerja dimana saja, diberi laptop terbaru, dan sebulan sekali akan ada gathering ke Jakarta dengan tiket dan hotel yang disediakan. Saat ini, mereka masih menunggu keputusanku untuk bergabung.
Sekarang aku berada di 2 pilihan dimana apakah aku harus lompat ke perusahaan besar dengan benefit yang begitu banyak, atau stay di perusahaan yang masih berkembang ini dengan mentorship, komunikasi intens dengan CEO ku, dan segala ilmu yang bisa kudapatkan.
Aku bercerita soal ini ke CEO ku. Kemudian dia bercerita tentang pengalamannya.
Ketika dia masih kecil, ayahnya pernah suatu hari menjual mobil bekas yang telah dimodif sedemikian rupa. Ayahnya bilang, "Jika mobil ini terjual, aku akan memberimu 50 euro. Sekarang aku menawarkan 2 pilihan. Apakah kamu mau mengambil 50 itu sekarang? atau lihat seberapa banyak uang yang akan didapat dan kamu akan mendapat 20 persen nanti?". Dia yang masih kecil, belum tahu berapa harga sebuah mobil bekas, dan tidak tahu gimana cara menghitung presentase. Dia ambil aja 50 euro yang udah jelas.
Lalu akhirnya mobil itu terjual sebesar 1000 euro. Yang mana jika saat itu dia mau bersabar, dan mencari ilmu tentang harga standar sebuah mobil dan cara menghitung presentase, maka seharusnya dia bisa mendapat 20% dari 1000 yaitu 200 euro.
---
Dari cerita itu, intinya adalah, dia sangat berfikir positif bahwa perusahaan ini akan menjadi besar. Dia mengibaratkanku sebagai dirinya waktu kecil. Karena kurangnya pengalaman, aku masih buta akan peluang. Aku terkadang sulit memutuskan apa yang terbaik untuk diriku sendiri.
Percakapan itu berakhir pada kesimpulan, bahwa dia menawarkan pengalaman untukku. Namun jika aku memilih untuk mengambil yang lebih jelas, ambil lah. Aku harus memutuskan apa yang terbaik berdasarkan kemauanku sendiri.