Semoga, Ya
Begitu banyak yang sudah aku tulis tentangmu. Semua hal yang aku kira sudah mencapai baris penutup ceritanya. Tapi sepertinya justru akan masih berlanjut panjang. Semoga.
Lagi-lagi, begitu banyak kebetulan yang seakan-akan menautkan kita. Tapi, entah kenapa, kita gak pernah bisa.
Begitu sering aku bertanya-tanya kepada diriku sendiri, tentang apa sih sebenarnya yang kamu rasakan. Apa kamu anggap aku sebatas teman? Tapi kenapa aku merasa terkadang kamu menganggapku lebih dari itu? Atau kamu memang sebenarnya cuma becanda? Tapi kenapa seakan-akan kamu tidak ingin aku pergi?
Menyesal, dan bersyukur adalah suatu rasa yang berlawanan. Tapi anehnya, aku merasakan keduanya bercampur di pikiran dan hati ku. Di hari itu, ketika kamu mengungkapkan semua yang kamu rasakan. Menjelang kepergianku.
Aku merasa tidak perlu memberitahu kepadamu kalau aku akan pergi jauh, ke Bali. Karena bagiku saat itu, aku mulai menyesuaikan kemauan mu, untuk memperlakukanmu seperti perempuan lain. Dan inilah aku kepada perempuan lain, tidak peduli.
Tapi, kamu selalu saja tau mengenai rencanaku. Kamu baca tulisanku. Kamu langsung chat aku di whatsapp, dan mengucapkan selamat. Saat itu, aku benar-benar ingin mengakhiri cerita ini. Aku sudah lelah dengan semuanya. Lagipula aku akan pergi jauh, dan kamu akan melanjutkan pendidikan. Aku hanya bilang makasih, lalu kamu melanjutkan curhat untuk sedikit hal (tentang tes kedinasan STIS yang baru saja kamu ikuti). Aku hanya balas seperlunya.
8 Juni, 2021, 4 hari menjelang keberangkatanku. Kamu mengirim pesan suara selama 25 menit. Aku tidak percaya kamu melakukannya. Selama itu, hanya suara kamu yang berbicara. Aku mendengarkannya. Kamu benar-benar mengungkapkan banyak hal disitu.
Aku sedang beres-beres buku di perpustakaan waktu itu. Ketika aku mendengarkan 1 detik pertama dan itu suaramu, aku langsung meminta izin keluar, lari keatas kelas DPIB yang sepi, dan mulai mendengarkannya.
Perasaanku campur aduk. Aku bingung harus apa. Kenapa semua ini terjadi di penghujung?
Besoknya, aku bertekad untuk kerumah kamu. Aku gak ingin kesan terakhir kita adalah kamu yang mengungkapkan perasaanmu dengan menangis, dan lewat hp. Aku harus ketemu sama kamu.
Malamnya, aku langsung bilang bahwa aku ingin ke rumah kamu. Butuh waktu lama ternyata untuk kamu menjawabnya. 2 jam, aku baru dapat balasan bahwa aku boleh ke rumah kamu. Begitu senangnya aku. Aku tahu kalau kamu malu karena aku sudah mendengar rekaman itu, dan aku akan bertemu denganmu.
Besoknya, kebetulan sekali, Renat, sahabatku, ke rumahku. Dia bilang mau mengerjakan video praktek untuk tes Polman.
Aku sedikit cerita kepada Renat. Dia memang banyak memberi solusi, walaupun dia gak punya pengalaman haha. Tapi jujur, keputusanku sering berubah karena dia. Dia yang membuatku ingin memberi kado kepadamu secara langsung di hari ulang tahunmu ke 18 waktu itu, bukannya dititip.
Sorenya, saat aku akan ke rumah kamu, aku berangkat dari rumah bersama Renat. Aku berencana beli boba, dan ke alfamart untuk beli sedikit permen bareng. Sampai aku berpisah dengan renat di kantor capil. Dia lurus ke arah pulang, aku belok kanan ke arah rumahmu. Apakah aku merasa takut? Jujur sekali, IYA. Tapi aku tetap melanjutkannya.
Aku sampai di rumahmu. Bersalam dengan kakak iparmu, keponakanmu, dan kakak perempuan mu. Kamu keluar dengan sedikit malu. Aku langsung mengajakmu keluar. Kamu meminta izin kepada kakakmu untuk keluar bersama ku, walaupun aku tau kamu takut di-gak boleh-in. Tapi ternyata, boleh!
Aku merasa senang duduk bersamamu lagi di motor moped revofit. Aku berencana mengajakmu jalan-jalan keliling metro, beli tiket bis, dan jalan-jalan di taman. Aku akui, begitu banyak hal awkward ketika kita bersama. Haha.. Akupun terkadang merasa malu jika harus mengingatnya lagi.
Sehabis shalat maghrib di masjid taqwa, kita kembali ke taman, menuju arah parkiran motor. Di taman, aku benar-benar mengungkapkannya. Aku selalu ingin bilang kepadamu secara langsung kalau AKU SUKA SAMA KAMU. Aku lega karena aku sudah melakukannya.
Lagi-lagi, banyak hal awkward disana haha. Kamu juga tersipu malu disana. Bahkan gak mau melihat muka ku. Setelah itu, aku mengantarmu pulang.
Sebelum pulang, aku membeli pisang keju buat orang-orang di rumah nanti. Ketika abangnya sedang goreng pisang, kamu bertanya. "Menurut kamu, kita ini apa?". Bodohnya aku. Aku bilang aja, "Zah, aku udah mikirin itu dari kemarin. Tentang kita kedepannya. Tapi kenapa kita gak ngobrolin itu ya dari tadi?". Kamu bilang, "Yaudah, obrolin aja sekarang". Tapi aku rasa waktu yang kita punya gak cukup banyak. Aku bilang, "Terlalu panjang untuk dijelasin, mungkin kita harus ketemu lagi".
Sesampainya di rumah kamu, kamu mempertemukan aku dengan Mbah. Kata kamu, mbah sering bertanya-tanya tentangku. Mbah menyuruhku jangan langsung pulang. Aku untuk pertama kali akhirnya masuk ke rumahmu. Ngobrol dengan mbah walaupun gak cukup lama. Setelah itu, aku pulang.
Setelah aku pulang, aku berniat bertemu kamu lagi besok. Tapi besok, ternyata kamu ada kegiatan mendadak di komunitas relawan. Akhirnya aku tunda jadi besoknya. Tepat H-1 aku berangkat.
Sebelum shalat jum'at, kamu chat di WA. Kamu mau aku datang sebelum jam 2 siang, untuk menemani kamu belajar di kopi Janji Jiwa. Tau rasanya aku saat itu? Senang, seperti melayang. Setelah shalat jum'at, aku langsung berangkat ke sana.
Aku duduk tepat di depan kamu. Selagi kamu belajar untuk tes STIS.
Setelah kamu selesai, kita ngobrol-ngobrol akan beberapa hal. Setelah itu, kita jalan-jalan. Aku mengajak kamu ke cafe mama, untuk berpamitan dengan nenek sebelum aku berangkat. Kita beli jus mangga, setelah itu, kamu mengajakku untuk makan di salah satu restoran pondokan.
Kita makan, minum, dan kehujanan. Saat itu anginnya benar-benar kencang sampai meja dan kursi basah, dan banyak suara-suara jatuh. Tapi aku tetap senang karena ada kamu HAHA.
Setelah hujan reda, aku shalat ashar di masjid taqwa. Setelah itu, aku berbicara dengan serius ke kamu. Tentang bagaimana kelanjutan hubungan ini.
Aku kaget mendengar ternyata kamu mengalami hal yang sama denganku. Aku suka sama kamu sejak SMP, ternyata kamu juga. Aku menunggumu sampai sekarang, ternyata kamu juga. Banyak hal yang kamu ungkapkan disitu.
Semua obrolan itu berakhir dengan kesimpulan bahwa, kita akan melanjutkan komitmen ini. Kita tahu kalau ini semua berat. Tapi kita saling percaya. Kita tidak akan saling memberatkan, dan kita harus siap.
Setelah itu, kamu mengajakku ke taman sebelum pulang. Kita hanya berjalan mengelilingi taman. Dan untuk pertama kalinya disana, aku mendengar kamu bilang secara langsung. "gar, aku, suka sama kamu". Aku sangat bahagia disana. Kita pulang, dengan senang, dengan tertawa. Aku mengantar tepat di depan rumahmu, dan langsung pulang, melambaikan tangan untuk terakhir kali.
Besoknya, aku bersiap-siap berangkat. Jam 6 sore, aku sudah ditelepon oleh PO Bus, katanya keberangkatan dipercepat. Aku langsung segera berangkat. Tiba-tiba kamu chat, bahwa kamu sudah menunggu disana. Entah kenapa, aku sudah mengira, aku percaya kalau kamu pasti akan kesana. Dan aku senang kamu disana.
Aku sampai di PO Bus. Kamu ada disana dengan Janis. Aku jadi ingat ketika kita dekat di kelas 1 SMP dulu. Semua dimulai ketika kamu meminta PIN BBM Janis. Semua serasa sudah diatur tuhan.
Ahhh.. Aku benci karena waktu keberangkatan dipercepat tanpa informasi. Aku cuma bisa berbincang dan berfoto denganmu secara terburu-buru. Ini adalah benar-benar salam perpisahan yang terakhir.
Kita berpisah. Aku melambaikan tangan untuk terakhir kalinya di dalam bus.
Aku mendengar kabar kalau kamu menangis selama perjalanan pulang. Aku yakin, kita akan bertemu lagi. Aku akan berusaha. Insya Allah.