Kemarin adalah hari pertama Dhimas bekerja di kantor ku sekarang. Dia adalah teman SMK ku yang punya keahlian sangat bagus di bidang desain grafis. Aku sudah melewati berbagai macam perlombaan dengannya waktu sekolah dulu. Setelah setahun lulus, tanpa memberitahuku, dia memutuskan untuk bekerja di perusahaan yang sama denganku.

Jujur aku senang karena bisa ketemu lagi dan pada akhirnya kerja bareng di atap yang sama. Walau aku ngerasa sedikit aneh.

Perasaan aneh ini karena aku sebenarnya sudah menganggap dia teman baikku yang memiliki banyak pengalaman denganku. Kita sudah melewati berbagai perlombaan, kegiatan sekolah, magang bareng, bahkan ngehack sistem cbt bareng. Mungkin aku merasa dia sudah sangat cocok menjadi temanku baikku di lampung, bukan teman kerja.

Semua orang tahu bahwa selalu ada perbedaan antara menjalani hidup dan bekerja. Kini aku merasa kehidupan ku bersama teman baikku dan pekerjaanku bercampur. Seperti aku merasa hal yang seharusnya hanya diketahui oleh lingkungan kerja, kini diketahui juga oleh teman baikku. Dan sebaliknya, hal yang seharusnya hanya diketahui teman dan lingkunganku di lampung, kini diketahui juga oleh lingkungan kerjaku. Aku juga takut komunikasi kita akan berubah yang tadinya sebagai teman baik, kini sebagai teman kerja.

Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba dia melamar pekerjaan di tempatku juga dan memutuskan kembali ke bali (setelah sebelumnya sudah pernah kerja di bali, tetapi di perusahaan yang berbeda). Tapi tak hanya itu, setelah aku perhatikan, dulu dia juga memilih universitas jalur SNMPTN yang sama denganku, dia juga baru saja membeli motor model kopling yang sama denganku, dan memposting hal tentang roket dan luar angkasa yang mana dulu aku sedang sering-seringnya melakukannya wkwkwkwkw.

Tapi gak papa. Selama perusahaanku butuh, dia punya skill yang dibutuhkan, dan dia mau melamar pekerjaan di perusahaan yang sama denganku, kenapa nggak? Itu semua adalah haknya dan dia telah membuktikannya dengan berhasil masuk melalui proses interview kesini.

---

Beberapa faktor lain membuatku kesal baru-baru ini. Yaitu respon teman sekolahku dulu yang mengetahui bahwa Dhimas masuk ke tempat yang sama dimana aku bekerja. Jujur ini agak menimbulkan tabrakan antara kehidupan ku di rumah/sekolah, dengan kehidupan pekerjaan.

Responnya adalah,

"akhirnya ada kawan juga lu gar di bali"

Aku gak tau apakah itu adalah hal sepele yang sebenarnya aku tidak perlu merasa tersinggung atau nggak, tetapi secara jujur, aku kesal. Dia adalah orang yang sama sekali gak dekat denganku semasa SMK, tapi dia adalah orang yang cukup terkenal alias aktivis semasa sekolah dulu.

Lingkungan SMK ku membuatku merasa tidak cocok karena kulturnya barbar banget, termasuk di semua organisasinya. Aku putuskan untuk hanya fokus mengembangkan skill komputerku, membuat inovasi perpustakaan di sekolah, dan mengikuti lomba-lomba hingga tingkat nasional.

Dulu aku dikenal hanya diam, tapi cukup populer di sekolah. Semua organisasi (termasuk dia) menyebutku anti sosial, tidak punya teman, dan tidak punya kehidupan, dan mengafirmasi ke semua orang bahwa aku adalah orang yang begitu. Sejujurnya, Dhimas juga jadi salah satu orang yang bilang bahwa aku no-life karena dia adalah ketua organisasi pramuka sekolah.

Sesering-seringnya aku nongkrong bersama teman-teman, sekalinya ada foto bareng, dia langsung bilang, "wah, akhirnya tegar berusaha untuk gak ansos".

Dia tidak dekat denganku, kita sudah jarang ketemu, namun tampaknya dia masih meyakini kalau aku adalah orang yang menyedihkan dan tidak punya teman satupun.