Bandung, Sehabis Hujan, Desember Yang Lalu
Ini adalah salah satu hal yang paling gua benci yang gak gua tulis di postingan: Putus. Gua nulis ini bukan karena mau maki-maki dia atau diri gua sendiri. Pikiran ini cuma terlalu penuh, gelisah, dan sakit. Semoga menulis ini bisa sedikit meringankan.
Akhir desember 2021, gw menyempatkan diri untuk mampir ke Bandung untuk bertemu dia di sela perjalanan touring motoran nekat gw dari Bali ke Jakarta. Ini juga salah satu usaha gua untuk nepatin janji gw ke dia bulan Juni lalu untuk ketemu lagi tepat ketika kontrak pertama pekerjaan gw diperpanjang. Karena di perpisahan yang terakhir, gak ada yang tahu kapan bisa ketemu lagi. Ini juga sebagai bentuk keseriusan gua sama dia.
Dari Jogja, gua motoran ke Bandung sekitar 9 jam perjalanan. Gua seneng akhirnya bisa ketemu dia lagi. Dia juga terlihat senang. Gua memutuskan untuk menunda perjalanan dari Bandung keesokannya dan menyempatkan satu hari full untuk bersama dia seharian. Kita melakukan itu. Pergi ke gunung tangkuban perahu, masjid raya bandung, gramedia, gedung sate, alun alun bandung.
Dia terlihat begitu bahagia disitu, kecuali di malam terakhir gua pamitan sama dia, dia menangis.
---
3 bulan kemudian, ketika dia memutuskan untuk mengakhiri hubungan antara gw via telepon, dia bilang, seharusnya dia gak meng"iya"kan ketika gua ngajak dia ketemu pas di Bandung dulu. Karena kesalahan itu menimbulkan banyak kesalahan-kesalahan lain seperti jalan berduaan dan bersentuhan. Gua gak tau apa yang merasuk ke pemahamannya setelah itu. Gua sama sekali gak melakukan hal-hal yang macem-macem dan lewat batas. Gua gak sedikitpun kepikiran "modus" meski mungkin waktu itu ada kesempatan. Maksud gw, apa dia gak inget sama semua momen itu? Apa dia gak mempertimbangkan niat dan usaha gw? Kenapa dia gak bilang kalau dia ragu sehingga gua bisa bersikap seperti yang dia mau? Kenapa dia mutus hubungan & ngeblokir di satu hari secara sepihak dan mendadak?
Gua cuma muak aja kalau dia dan orang-orang sekitarnya bilang perbuatan gua itu mendekati zina padahal gua gak ngapa-ngapain. Mereka yang terlalu over menggunakan definisi status pacaran adalah maksiat tanpa mau tahu apa yang dilakuin. Dia gak seperti orang yang gua kenal waktu SMP dulu. Mungkin bagi dia ini adalah benar dan harus, secara agama dan pemahaman nya. Bagi gua, ini akan berujung penyesalan.
Gua tau banyak yang masih suka sama dia. Banyak yang ngincer dia. Banyak yang mau kirim sesuatu ke dia. Gua gak tau apakah mereka yang masih suka sama dia bisa janji akan buat dia bahagia atau nggak. Dan dari orang-orang itu, kenapa gua yang dijauhin & diblock? Bagaimana dengan orang2 yg masih suka sama dia? Apakah semua usaha gua supaya buat dia bahagia adalah sebuah kesalahan?
Gua gak pernah nyangka pamitan terakhir antara gua dan dia di Bandung akan jadi pertemuan yang terakhir sampai dia bilang "udahan" dan "kalau gak bisa saling paham, semoga bisa bertemu dengan yang lain".
Gua sangat kecewa. Tapi seenggaknya gua udah menepati janji untuk ketemu dia lagi.