Belanda. Sebuah negara di dataran rendah eropa barat. Negara yang terkenal karena kolonialisasi masif di daratan amerika latin dan asia. Orang indonesia mengenal negara ini adalah negara penjajah yang berhasil kita usir dengan senjata bambu runcing. Sederhananya dan katanya begitu.

Pergi ke eropa saja sudah menjadi impianku selama ini. Mungkin sudah ratusan tulisan kutulis tentang bagaimana jadinya jika aku bisa menginjakan kaki disana. Seperti orang-orang sukses yang ada di cerita buku-buku novel itu. Dan kesampaian juga. Beberapa trip panjang tersebut sudah kutuliskan lewat postingan Paris dan Madrid. Setelah dari Belgia, Prancis, dan Spanyol, akhirnya aku kembali ke Amsterdam.

Aku sangat suka aroma kota ini dan cuacanya. Aku datang di cuaca terbaik sepanjang tahun di eropa: musim panas. Suhu sekitar 20 derajat celcius, cahaya matahari menembak dari langit ke jalan. Masih dengan semangat menjelajahku yang belum padam setelah dua minggu. Minggu-minggu sebelumnya aku lewati dengan berjalan tanpa tujuan sebanyak 20km rata-rata per hari. Tidak ada arah, hanya explore dan bertemu dengan orang-orang baru. Ini adalah cara terbaik untuk traveling dibanding mengikuti jadwal agen tur.

Aku stay di hostel yang sama ketika aku di Amsterdam 2 minggu lalu, Dutchies Hostel, 15 menit jalan kaki dari Stasiun Sloterdijk (dibacanya sloghterdaeyk). Setelah perjalanan travel ke Belgia, Prancis, dan Spanyol, aneh rasanya untuk kembali lagi ke hostel murah tempat pertama aku tinggal ketika sampai di Eropa. Rencanannya, aku hanya akan stay disini selama satu malam, setelah itu aku akan pindah ke New West Inn, hotel yang disewakan kantor selama 9 malam di West Amsterdam.

---

Hari berganti begitu cepat. Hari ini hari senin. Ini adalah hari pertamaku kerja di kantor setelah 3 tahun bekerja keluar masuk secara online di perusahaan ini. Aku bersiap lantas pergi ke Stasiun Sloterdijk menuju Stasiun Startup Village Amsterdam menggunakan kereta sprinter.

Sampailah aku di area kantor. Mataku tertuju pada sebuah gedung besar, itu adalah Universitas Amsterdam.

img

img

Di sekelilingnya, ada beberapa bangunan kecil yang terbuat dari limbah kontainer yang sudah tidak terpakai. Ini adalah desa startup di belanda, tempat berkumpulnya usaha rintisan dan riset teknologi dari berbagai mahasiswa. Area ini begitu bersih dan segalanya terbuat dari barang bekas. Kantorku terletak di salah satu kontainer itu.

Ketika berjalan dalam misi pencarian lokasi kantor setelah turun dari stasiun, aku melihat seseorang yang sangat tak asing dari belakang. Dia adalah Chanmeet, CPO dari perusahaan. Aku langsung menyapa dan berpelukan dengannya.

Tak lama kemudian, masih perjalanan menuju kantor, seseorang menyapaku dari belakang. Aku bertemu Olex, seorang Project Manager perusahaan. Aku menyapa dan memeluknya. Kami berjalan menuju ruangan kantor dengan berbincang ringan sedikit selama berjalan dan aku akhirnya bertemu dengan semua kolegaku di ruangan. Semua menyambutku. Kami sama-sama tidak percaya bahwa akhirnya kita bertemu satu sama lain. Setelah 3 tahun bersama secara online, akhirnya aku yakin kalau mereka nyata, bukan sekedar avatar di google meet ahahahha.

Hari dimulai dengan meeting mingguan seperti biasa. Semua bersemangat atas kehadiranku di kantor. Marieke, CEO ku mengajakku bersepeda mengelilingi Amsterdam di hari kamis. Aku menerima banyak saran dari teman-teman untuk mengunjungi berbagai sisi Belanda.

Aku juga ikut merasakan semangat. Aku mengobrol beberapa hal dengan mereka sembari menawarkan oleh-oleh bakpia kering dan kopi luwak khas sumatra yang kubawa dari Indonesia untuk mereka.

Di tengah melakukan pekerjaanku, menjelang makan siang, aku bertemu dengan Bart, ayah dari teman kerja sekaligus teman dekatku, Chris. Dia juga merupakan Project Manager dari perusahaanku. Aku bertemu Chris 2 tahun yang lalu ketika dia menemuiku di Bali yang kuabadikan dalam tulisan Teman Kerja Dari Belanda. Dia adalah orang paling interesting yang aku temui.

Aku diajak makan siang bersama. Kami berjalan sekitar 100 meter ke kantin kampus untuk mencari makanan vegetarian. Aku tidak pernah makan makanan vegetarian, aku pikir akan sama saja makan sayur. Aku mengambil makanan dan duduk lalu mencobanya. Hmmmm itu adalah makanan paling tidak enak yang pernah aku coba. Rasanya seperti makanan basi dan tidak ada rasa. Aku heran semuanya bisa makan sementara aku tidak habis. Memang sesuatu yang sehat itu terkadang rasanya diluar nalar, seperti rasa pahit dari obat / vitamin.

img

Ketika makan, aku berbincang dengan teman-teman. Mereka bertanya kepadaku tentang Indonesia, juga tentang peternakanku di Lampung. Ya, kabar bahwa aku sedang mencoba usaha ternak sampai ke Amsterdam karena aku menjalankannya bersama Chris.

Selesai makan siang, kami kembali ke ruangan dan bekerja. Jam 5 sore, kami semua bersiap pulang. Aku diajak Patricia (yang juga merupakan Project Manager perusahaan) ke apartemennya. Dia mau meminjamkan sepeda kepadaku daripada aku harus menyewa sepeda seharga 17 euro setiap hari. Patricia juga mengajak Olex untuk menunjukan lokasi apartemennya. Olex berniat untuk housekeeping rumah karena Patricia dan pacarnya akan pergi liburan ke Turki minggu depan.

Di Belanda, house market sangat luar biasa besar. Jarang orang memiliki rumah kecuali konglomerat karena tanah sangat mahal. Orang kelas menengah lebih memilih untuk menyewa apartemen. Dan ketika tempat tinggal akan ditinggal dalam waktu lama, biasanya pemilik rumah akan mencari orang yang ingin tinggal secara gratis dengan syarat menjaga, membersihkan rumah, dan merawat hewan peliharaan.

Selesai dari apartemennya, aku pulang menuju hostel, kali ini aku menggunakan sepeda yang dipinjamkan. Malam ini akan jadi malam yang panjang. Karena secara kebetulan, temanku dari Singapura, Nurul, ternyata sedang berada di Belanda. Dia berada di kota Delft dan kami merencanakan pertemuan di Leiden, sekitar 1 jam dari Amsterdam Centraal naik kereta. Namun aku juga harus pindah dari hostel ke hotel yang disewakan kantor. Jadi aku harus mengambil koper barang dari hostelku dari Sloterdijk ke hotel yang berjarak 5,6 km. Aku tidak bisa membawa koperku dengan sepeda, jadi mau tidak mau aku harus membawanya naik kereta dan meninggalkan sepedaku di suatu tempat.

Jadi aku memutuskan untuk mengayuh sepedaku selama 30 menit ke Stasiun Amsterdam Centraal. Stasiun ini juga terkenal dengan parkiran sepedanya yang berada di bawah kanal, secara teknis, ruangan ini berada di bawah air--benar-benar sebuah kecanggihan infrastruktur eropa. Aku memarkirkan sepeda disini dan meninggalkannya selama seharian dan akan kuambil besok pagi karena aku tidak bisa membawanya sebelum memindahkan koper dari hostel lama. Akupun langsung menuju Leiden dan bertemu Nurul disana.

Ahh, beruntung disini hari baru mulai gelap jam 9 malam. Sekarang sudah pukul 7 malam dan akupun bertemu dengan Nurul.

img

Dia adalah orang yang pertama kali kutemui di Singapura pada tahun 2022 lalu ketika aku mulai pertama kali traveling nekat ke Vietnam dan Singapura. Dia mengajakku ke patung Merlion dan ujung atas hotel Marina Bay Sands.

Kami berbincang cukup panjang dan berjalan sedikit ke area Stasiun Leiden Centraal. Ah, aku sangat berharap untuk menjelajahi kota ini lebih luas lagi, terlebih karena kota ini terkenal sebagai kota pendidikan yang terkenal selain Utrecht. Namun malam ini terlalu singkat, banyak hal yang harus dilakukan.

img

Selesai life update bersama Nurul, aku kembali ke Amsterdam.

Aku langsung menuju Stasiun Sloterdijk, mengambil koperku di hostel, lalu kembali lagi ke Stasiun Sloterdijk. Oh iya, jarak hostelku dari Stasiun Sloterdijk itu sekitar 15 menit berjalan. Di hotelku yang baru, tidak ada stasiun terdekat selain terminal bus. Jadi aku harus naik bus yang lokasinya juga berada di Stasiun Sloterdijk. Ada moment dimana tengah malam aku menggeret koperku menuju terminal dengan bau ganja dan orang mabuk. Namun aku tau bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena semuanya seharusnya terkendali di negara ini.

Sampailah aku di New West Inn sekitar jam 1 pagi. Hotel yang cukup elit di kawasan Amsterdam. Disini adalah area muslim, banyak makanan halalnya. Ini adalah hotel bintang 4 dengan beberapa tipe kamar. Ketika melihat kamarku, wah, perusahaan benar-benar memilih kelas yang paling mahal, double bed seluas apartemen dan hanya untukku sendiri. Aku cek harganya sekitar 3 juta rupiah per malam. Untunglah dibayarin. Aku anggap ini sebagai berkah dan istirahat sebentar dari perhostelan asrama setelah perjalananku ke Prancis dan Spanyol kemarin.

img

img

Karena ini adalah hotel elit, semua di sekitar sini sangat mahal termasuk harga makanan dan snack. Aku sepertinya harus pergi agak jauh untuk mencari makanan murah nanti.

Aku sepertinya tidak sempat beres-beres dan membersihkan badanku saat itu. Aku langsung tertidur karena kelelahan.

Aku terbangun sekitar jam 7 pagi dan langsung beres-beres menuju kantor. Yah, aku sudah memastikan bahwa aku akan telat hari ini. Aku bergegas dan berlari menuju terminal bis dan sampai kembali ke Stasiun Sloterdijk. Kemudian aku naik kereta ke Stasiun Amsterdam Centraal untuk mengambil sepeda yang kuparkir semalaman. Dari Amsterdam Centraal, aku menggowes menuju kantor sekitar 30 menit. Aku pergi dengan sangat terburu-buru, apalagi karena ada meeting jam 9 yang mana aku terpaksa mengikutinya secara online lewat handphone sembari pergi ke kantor. Aku sudah ditanya Marieke kenapa aku belum ada di kantor.

Di Belanda, semua benar-benar serba ontime. Jadwal kereta, jadwal pertemuan. Telat 1 atau 2 menit tanpa pemberitahuan sudah dianggap tidak respect terhadap waktu orang lain. Aku menyukai kultur itu. Hal itu membuat aku ikut menghargai waktu juga dan terbawa menjadi tepat waktu sejauh ini. Namun karena cerita panjang semalam, untuk pertama kalinya aku telat hari ini.

Sampailah aku di kantor dan melanjutkan meeting disana. Sudah ada Marieke yang selayaknya bos, dia lompat dari meeting ke meeting lainnya.

Istirahat makan siang, aku sempatkan untuk berkeliling Universitas Amsterdam (Universiteit van Amsterdam). Mahasiswa berlalu lalang dengan sepedanya dan berjalan kaki. Aku senang sekali melihat banyak anak mudah seumuran disini. Tempatnya begitu megah, canggih, dan hijau.

img

img

Aku juga menjelajahi kawasan kantorku, kampung startup yang menjadi pusat riset teknologi di Amsterdam.

img

img

Oh iya, secara kebetulan juga, hari ini adalah hari pertama aku enrolling perkuliahan sarjana di kampus swasta President University secara online. Kelas akan dimulai jam 18.30 WIB, yang mana sekitar jam 13.30 waktu amsterdam. Aku rasa minggu pertama perkuliahan akan dipenuhi dengan pengenalan diri sendiri saja.

Selesai berkuliah dan bekerja, akupun pulang ke hotel. Aku baru sadar, dengan bersepeda, jarak antara kantor ke hotelku sekitar 50 menit. Jauh sekali. Jadi untuk transportasi adalah 100 menit pulang pergi, Tapi hal itu sangat tidak berarti untukku, karena selama perjalanan kantor-hotel, aku bisa melihat kota Amsterdam pelan-pelan. 100 menit selama seminggu bersepeda di Amsterdam sangat menyenangkan untukku, asal aku tidak melakukan ini sepanjang hidupku.

Aku menggowes sembari menghafal jalan dan melihat pemandangan. Bersepeda menyusuri tepi Kanal Ij Amsterdam yang terkenal itu setiap hari. Rasanya seperti sudah menjadi bagian dari orang lokal ahhahah.

img

---

Di hari kamis, sesuai janjinya, Marieke mengajakku bersepeda keliling Amsterdam. Menurutku, dia adalah CEO paling chill kepada semua karyawannya. Sebagaimana bekerja di eropa, semua orang selalu santai dan tidak ada batasan dalam hal personal, kecuali professional di jam kerja.

Kami bersepeda di akhir jam kerja, berkeliling area Desa Startup sebelum keluar. Dia mengizinkanku untuk mencoba sepeda cukup canggih yang dia punya. Kami bertukar sepeda saat itu.

Pertama kalinya aku menggunakan sepeda semi-listrik dan wahh rasanya cepat sekali. Bisa menyentuh kecepatan sampai 50km/jam dan rasanya ringan sekali. Tak heran kenapa setiap aku bersepeda disini, semua orang begitu cepat mengayuh sepedanya. Aku pikir karena orang belanda sudah terbiasa bersepeda kemanapun jadi kaki mereka sudah sangat kuat. Ternyata sepeda listrik alasannya.

Ketika aku sedang memakai sepedanya, aku hendak menukarnya kembali. Tapi ia menolak.

"It has 90% battery. You can keep it until monday". Begitu katanya sambil mengedipkan mata.

Aku merasa tidak enak karena aku awalnya hanya ingin mencoba sebentar, dan sekarang ia harus memakai sepeda manual yang sangat berat. Aku kembali meminta sepeda itu, tapi ia menolak.

"It's fine. Manual bike, back to the old days". Lanjutnya.

Marieke kemudian mengajakku ke De Gooyer Windmill. Sebuah turbin angin tua yang sudah beralih fungsi menjadi toko bir terkenal di sisi Kanal Ij. Disana, aku mencoba 5 level bir yang harus diminum sesuai urutan.

img

Aku mengobrol banyak hal ringan bersamanya disana. Setelah beberapa lama, fun cycling ini berakhir ketika Marieke mengatakan bahwa ia harus pergi ke sebuah meeting. Ia menyarankanku beberapa tempat untuk dikunjungi setelah ini dan mengantarku ke tempat pertama, dan kita berpisah di jalan.

Akupun lanjut menjelajahi pusat amsterdam. Beberapa jalan mulai tak asing untukku. Aku kembali ke area Stasiun Amsterdam Centraal dan duduk menikmati sore di tepi kanal.

img

img

---

Hari sabtu ini adalah akhir pekan pertamaku di Belanda. Aku sudah memiliki beberapa rencana. Aku akan bertemu teman lama, Carlotta di kota Haarlem, sekitar 10 menit dari Amsterdam naik kereta. Carlotta adalah teman dari Italia-Belanda sekaligus mantan product ownerku di perusahaan dulu sebelum ia memutuskan untuk resign dan upgrade untuk mengembangkan jenjang karirnya.

Singkat cerita, aku bertemu Carlotta di Gereja The Grote Kerk. Disana akan ada pertunjukan musik orgen flute.

Fakta unik dari orgen flute di gereja ini, bahwa Mozart--salah satu komposer musik klasik terkenal--pernah tampil disini. Secara teknis, not yang ditekan melalui piano digunakan sebagai penutup di seruling besi raksasa yang mengeluarkan bunyi dengan bantuan angin.

img

img

Carlotta kemudian mengajakku ke salah satu restoran vegetarian rooftop yang mana aku bisa melihat Haarlem dari atas secara langsung. Lagi-lagi vegetarian. Aku harap makanannya cocok untukku.

Berbagai menu rekomendasi dari-nya kucoba satu-persatu. Secara mengejutkan, makanannya ternyata sangat enak. Terutama keju belanda yang disajikan sesuai level (seperti sambal kalau di Indonesia).

img

img

Ia bertanya kepadaku soal apa rencana setelah Amsterdam. Aku berkata jujur kalau aku tidak punya rencana sama sekali. Kemudian Carlotta menyarankan kalau aku datang ke tempat ia tinggal, kota Den Haag, kota yang sebelumnya hanya kukenal sebagai tempat Konferensi Meja Bundar 1949 dan banyak orang indonesianya. Ia membolehkanku untuk tinggal di apartemennya. Hanya ada satu kamar, namun di ruang tamu, ada sofa yang bisa kugunakan untuk tidur terpisah. Akupun mengiyakannya. Terlebih lagi, sekarang hari sabtu, hari senin adalah event party kantor yang menjadi alasan utama aku pergi ke eropa. Setelahnya, aku akan pindah hotel hari selasa.

Beberapa jam mengobrol tak ada habisnya bersama. Sore hari, kami berpisah dimana aku kembali ke Amsterdam dan ia kembali ke Den Haag.

---

Esok harinya, aku melakukan museum tour. Ada satu museum paling menarik perhatianku disini. Karena aku suka sejarah, hari ini full mengeksplor imperium belanda beserta jejak kolonialisme nya. Museum yang sempurna untuk melihat koleksi lengkapnya di Amsterdam adalah Tropenmuseum.

img

Disana aku melihat banyak sekali properti dan jejak kolonialisme imperium belanda di Asia, Amerika, dan Afrika. Ada miniatur kapal yang dipakai belanda untuk berlayar dalam misi perdagangan VOC, kuda lumping, gamelan asli dari organisasi Boedi Oetomo, bahkan jaket asli dari Teuku Umar. Ada juga koleksi album foto Jawa dan Lampung dari tahun 1901.

img

img

img

img

img

img

Setelah dari Tropenmuseum, aku pergi ke Van Gogh Museum. Seniman terkenal dari Belanda yang sengsara di akhir hidupnya. Lukisan terkenal dari Van Gogh adalah The Starry Night.

img

Sayang sekali, untuk pergi ke museum itu, ternyata aku harus melakukan booking online untuk antrian. Antrian sudah penuh dan aku tidak akan bisa kesana lagi. Jadi aku hanya bersepeda dan berjalan-jalan disekitar.

Ini benar-benar hari minggu yang cerah di akhir musim panas. Semua orang keluar dan berjemur. Aku banyak melihat berbagai kegiatan akhir pekan dan Amsterdam hari minggu ini ramai sekali. So soo so lovely day.

img

img

img

---

Esok harinya di hari senin adalah event kantor. Patricia menyiapkan semua keperluan event (alkohol, snack, makanan). Hari ini bekerja hanya setengah hari. Kamipun langsung berangkat menuju garden house milik Marieke. Aku bersama Patricia menggunakan mobil van besar membawa bahan makanan sekaligus aku mengembalikan sepeda miliknya. Ya, selanjutnya aku tidak bisa sepedahan lagi di Belanda.

Hampir semua tim berkumpul kecuali 2 orang yang berhalangan hadir. Kami berbincang banyak sekali hal di acara barbeque tersebut. Aku sangat amat terkesan dengan makanan yang dibuat oleh Bart. Chris selalu bilang kepadaku sejak tahun lalu bahwa ayahnya ini sangat suka sekali grill dan memasak. Ia juga suka masak makanan indonesia seperti sate dan ikan-ikanan. Aku mencoba daging dan jamur buatannya dan itu sangat sangat sangat enak. Dalam bahasa belanda, lekker!

img

img

---

Acara berlangsung sangat seru. Aku merasa semakin terhubung dengan tim satu sama lain. Oh iya, selama kegiatan itu, angin di eropa sudah mulai meniupkan udara dinginnya. Ini adalah peralihan antara musim panas ke musim gugur, lalu musim dingin dalam 3 bulan. Di acara itu aku mengenakan celana pendek karena siang memang tidak begitu dingin.

Sampai malam tiba. Di perjalanan pulang aku mengigil. Angin sangat kencang dan dingin. Aku bergegas kembali ke hotel kemudian mandi dan beres-beres.

---

Esok harinya, aku checkout hotel. Ini adalah hari terakhir aku menjelajahi Amsterdam. Sesuai janji, aku akan pindah ke Den Haag dan bertemu dengan Carlotta lagi.

Hari begitu dingin sejak semalam dan hujan turun tidak henti-hentinya.

Di Belanda, hujan turun hampir setiap hari di sepanjang tahun kecuali di musim panas. Aku cukup beruntung ada disini di akhir musim panas sehingga hujan lebih sedikit. Biasanya, warga beraktivitas seperti biasa ketika hujan. Pergi ke toko sembako, bermain, sekolah, bekerja. Tidak ada yang meneduh karena memang normalnya seperti itu.

Tidak untukku, aku masih menunggu kapan hujan ini berhenti karena aku ingin segera menarik koperku ke terminal bis lalu ke stasiun. Aku meneduh sebentar setelah makan di restoran asia favoritku disini. Ketika hujan mulai mereda ke gerimis, aku nekat pergi ke terminal.

Singkat cerita, sampailah aku di Stasiun Den Haag Centraal. Aku bertemu lagi dengan Carlotta disana. Hujan masih bertambah besar, namun Carlotta memberiku kartu trem dari stasiun kereta ke stasiun trem terdekat apartemennya.

Tidak banyak yang kami lakukan saat itu kecuali mengobrol dan bekerja. Ku akui, dia sangat baik sebagai host dalam melayani tamu. Aku belajar banyak darinya. Malam harinya, dia menyiapkan tempat tidur untukku di sofa, sementara dia tidur di kamar.

---

Aku berada di Den Haag selama 5 hari. Disana aku mengeksplor hampir setengah dari kota ini. Carlotta menunjukan banyak sekali rekomendasi destinasi disini.

Aku pergi menonton film virtual reality, pergi ke pantai dan mendaki tower paling tinggi disana, ke pusat pemerintahan, taman, museum, dan kuliner.

Sebagai orang italia, Carlotta mengajakku untuk mencoba pizza. Awalnya aku berkata bahwa aku sudah pernah makan pizza seperti pizza hut dan dominos. Aku langsung ditertawakan karena bagi dia, itu adalah pizza palsu dan dia sebagai orang italia merasa tersinggung ahahahha.

Aku pergi mengunjungi Bart dan bertemu keluarganya Chris disana. Mereka juga tinggal di Den Haag. Aku sempat diberi cerutu dari indonesia oleh Bart yang dia dapat ketika Chris pulang dari indonesia.

Di akhir hari ku di Den Haag, yang mana adalah hari akhirku meninggalkan eropa sebelum pulang ke Indonesia, ada satu acara besar yang sedang berlangsung di Den Haag. Rapat tahunan kerajaan sedang digelar dan acara akan sangat meriah dalam 3 hari.

Meskipun ibukota Belanda adalah Amsterdam, namun segala upacara dan pusat pemerintahan berada di Den Haag.

img

img

img

img

img

img

Banyak sekali pengalaman unik dan orang-orang baik yang kutemui selama aku di Belanda maupun di eropa. Mimpiku menjadi nyata dan doaku terkabul. Aku akan terus belajar dan berusaha untuk mewujudkan impian-impianku yang lain.